Ergi adalah seorang anak yang sangat lincah dan super aktif baik di rumah maupun di sekolah. Tedy Christian, ayahnya, begitu menyayangi Ergi, anak semata wayangnya. Kehadiran Ergi di dalam keluarga Tedy sangat dinantikan karena Tedy dan Melyana harus menunggu selama tiga tahun sampai akhirnya Tedy hadir dalam kehidupan mereka. Namun pada suatu siang mereka hanya bisa pasrah mendapati anaknya terkapar karena tertabrak truk.
5 Desember 2006
Pada siang itu, Ergi ditemani oleh mbaknya membeli minuman di warung depan rumah persis di sebelah jalan. Mbaknya yang sedang mengambil sedotan tidak terlalu memperhatikan Ergi sedangkan Ergi sendiri setelah menerima minuman tanpa sedotan langsung mau pulang ke rumah. Tanpa disangka, di waktu yang bersamaan sebuah mobil truk yang bermuatan limun sedang menyalip kendaraan lain dan posisi Ergi sudah berada di bibir jalan. Tanpa dapat dihindari lagi, tubuh mungil Ergi ditabrak truk tersebut.
Johan, paman Ergi, yang sedang berada di sekitar tempat kejadian segera berlari mendengar teriakan histeris mbaknya memanggil nama Ergi. Johan mendapati tubuh Ergi yang masih tergeletak di bahu jalan dengan luka menganga di kepala. Tanpa berpikir panjang, Johan segera membawa Ergi ke rumah sakit. Johan menekan tangannya ke luka Ergi yang menganga, berusaha menghentikan darah yang terus mengalir.
Tedy dan Melyana, istrinya, saat itu sedang berada di rumah orang tua Melyana. Tedy ke sana bermaksud menjemput Melyana sekalian membawa pesanan Suryana, ayah mertuanya. Teriakan massa menyebabkan Suryana segera mencari tahu apa yang sebenarnya sedang terjadi. Suryana serta merta mendatangi massa mencari informasi sedangkan Teddy sendiri malah beranjak ke belakang karena hatinya ciut jika mendengar berita-berita yang mengerikan.
Tanpa disangka, informasi massa menyebutkan bahwa korban tabrakan bernama Ergi. Mendengar hal ini, saat itu juga Teddy merasa jantungnya berhenti berdetak dan darahnya berhenti mengalir. Melyana sendiri langsung pingsan mendengar kabar itu. Teddy segera berlari ke tempat kejadian tapi ia tidak dapat menemukan Ergi karena Johan sudah membawanya terlebih dahulu ke rumah sakit.
Kritis Tanpa Pengharapan
Nyawa Ergi terancam. Akibat benturan keras di bagian kepalanya, Ergi harus segera menjalani operasi. Kondisi Ergi sangat parah. Banyak kemungkinan yang dapat terjadi dengan kondisi Ergi yang seperti itu. Dengan tubuh dan usia sekecil Ergi (3 tahun) yang mendapat luka serius di kepalanya, besar kemungkinan Ergi akan mati. Adapun kemungkinan yang lain, seperti cedera di kepala pada umumnya, meskipun sembuh bisa saja ada beberapa saraf yang terganggu karena pengaruh luka tersebut dan menyebabkan kelainan. Dalam kondisi kritis tersebut, pihak rumah sakit pun angkat tangan karena peralatan yang tidak memadai dan merujuk Ergi ke rumah sakit yang lebih lengkap peralatannya.
Sesampainya di sana, hasil CT-Scan menunjukkan selain cedera pada bagian kanan atas kepala, ternyata diketahui ada semacam cairan yang aktif di kepala bagian kiri atas, yang diduga kalau berkembang dapat menyebabkan penyakit hydrosepalus (kepala membesar). Saat itu juga dokter meminta persetujuan Tedy untuk segera mengoperasi Ergi dengan resiko apapun hasilnya nanti. Kemungkinannya hanya 30% Ergi dapat selamat.
"Luka yang menekan ke jaringan otak bisa menyebabkan kelumpuhan. Karena memang letak luka itu di daerah paritalnya," jelas dr. Malikuswari, Sp. BS yang menangani Ergi.
Tanpa berpikir panjang, Tedy langsung menandatangani surat persetujuan itu karena sudah tidak banyak waktu lagi untuk membawa Ergi ke Jakarta berobat ke rumah sakit yang lebih besar.
Saat Ergi menjalani operasi, Tedy hanya bisa pasrah dan berkata di dalam hatinya, "Tuhan, kalau Ergi Engkau angkat sekarang, aku rela karena aku percaya Ergi akan lebih bahagia nantinya". Tapi setelah mengatakan hal seperti itu, entah kenapa Tedy tidak merasa damai sejahtera. Hatinya sepertinya menolak perkataan itu bahkan Tedy merasa yakin kalau Ergi akan sembuh.
Setelah operasi, harapan Ergi untuk hidup belum terjawab. Meskipun operasinya berjalan dengan lancar, tapi masa krisis Ergi belum berakhir. Kemungkinannya untuk hidup sangat kecil. Jika kondisinya bisa stabil, Ergi mungkin bisa diselamatkan dan dokter memperkirakan Ergi akan segera sadar dalam waktu kurang lebih satu minggu.
Melyana yang melihat kondisi Ergi di ruang ICU hanya dapat memanggil namanya dengan penuh kesedihan. Hanya doa yang dapat terus dipanjatkan Tedy dan Melyana dengan tiada henti, memohon kesembuhan dan kehidupan bagi anaknya.
Mukjizat Terjadi
Teddy dan Melyana hanya dapat berharap mukjizat dari Tuhan terjadi atas anak yang sangat mereka sayangi. Saudara-saudara seiman banyak yang datang berkunjung dan mendukung Tedy dan Melyana berdoa secara pribadi memohon kesembuhan Ergi. Selama menunggu masa kritis, Tuhan menunjukkan kuasanya. Selang tiga hari di ruang ICU, Ergi mulai menggerakkan kakinya, tangannya pun dengan lemah mulai bergerak. Teddy dan Melyana dengan penuh ucapan syukur berterima kasih kepada Tuhan karena mereka mulai melihat tanda-tanda kehidupan kembali atas Ergi.
Kondisi Ergi semakin hari semakin membaik sampai akhirnya dokter memperbolehkannya pulang ke rumah. Tedy dan Melyana sangat bersyukur.
"Saya sangat bersyukur kepada Tuhan karena Yesus memang benar-benar berkuasa," Melyana bersaksi dengan penuh sukacita.
Mukjizat Tuhan nyata atas keluarga Tedy. Saat ini Tedy dan Melyana dapat melihat kembali keceriaan Ergi.
"Puji Tuhan, saya sangat bersukacita. Anak saya yang seharusnya meninggal, bahkan dokter sudah memprediksikan tidak ada harapan, tetapi saya melihat kemuliaan Tuhan dinyatakan dalam keluarga saya," ujar Tedy menutup kesaksiannya dengan penuh ucapan syukur.
Sumber Kesaksian :Teddy Christian Sumber : V131008174917